Kisah haru antri Perpanjang SIM dan tes Kesehatan yang membuat jutaan orang mengantuk
“Perpanjang SIM”
Kita tahu bahwa SIM (Surat Izin Menembak) berukuran 5 x 9 cm,
yang tidak bisa diperpanjang namun bisa diperpendek dengan mengguntingnya. Masa
berlaku SIM adalah 5 tahun. Untuk memperpanjang masa berlaku harus dibawa ke SAMSAT
sebelum kadaluwarsa. Jika terlambat 1 hari saja kita harus membuat SIM baru
yang prosesnya menguras waktu, tenaga, uang dan emosi.
Kini SIM A & C saya habis masa berlakunya secara bersamaan.
Sebelum membuat SIM perlu surat kesehatan dari dokter seharga Rp.50.000. Yang
dites adalah tekanan darah, buta warna dan pandangan jauh. Syukurlah tidak ada
tes IQ karena bisa dipastikan saya tidak lulus.
Untuk mendapatkan surat sehat ternyata harus mengantri cukup
panjang sesuai judul “perpanjang SIM”. Jika ingin antrian pendek maka anda
harus daftar “perpendek SIM”. Karena panjang dan lamanya antrian, disediakan
kursi dimana anda harus berpindah dari kursi terjauh menuju kursi terdekat dari
dokter. Hebatnya dari ratusan pendaftar SIM setiap harinya, hanya dilayani
seorang Dokter. Jika sehari ada pendaftar ada 250 orang, maka omset perhari
adalah 250 x 50.000 = Rp. 12,5 juta. Anggap ada 20 hari sebulan maka omset
perbulan Rp. 250 juta. Cukup untuk bayar kost atau beli kostannya.
Kita kembali ke laptop. Proses antrian ini berlangsung 1 jam
30 menit. Oleh karena itu sebelum perpanjang SIM sebaiknya:
- Cas hape sampai penuh
- Perut terisi penuh
- Pastikan sudah buang air kecil dan besar
- Bawa cemilan dan minuman
- Bawa headset
- Tidak sibuk, lebih baik jika pengangguran
- Jangan bawa teman karena pasti marah-marah
Setelah surat sehat didapat ternyata waktu sudah menunjukkan
jam 12.00 dimana petugas SAMSAT harus istirahat sampai jam 13.30. Maka
kelengkapan perpanjangan SIM berupa Surat sehat, KTP, Fotokopinya dan cuan Rp.
275.000, harus diserahkan setelah mereka istirahat.
Pada jam 13.45 saya kembali ke mobil SAMSAT dan menyerahkan
persyaratan. Saya mendapat nomor antrian yang tidak cantik yaitu 166. Sedangkan
orang di samping saya mendapat nomor cantik yaitu 234. Di sini saya harus
menunggu proses foto wajah selama 1 jam. Sambil menunggu, saya buka hape sambil
membuat status. Tentu anda tahu status apa yang saya tulis, bukan? Setelah
nomor antrian dipanggil, sayapun difoto dengan pose ala residivis.
Kita harus menunggu yang ketiga yaitu cetak SIM. Ada
pemberitahuan bahwa komputer SAMSAT mengalami error / crash sehingga
harus restart 10 menit. Padahal komputer jadul saya hanya perlu waktu 20 detik
untuk Restart. Setelah sistem kembali normal, pada pukul 15.45 nama saya
berkumandang bahwa SIM A & C sudah beres cetak. Yang pertama kali dilihat
pada SIM (tepatnya kartu) adalah wajah. Yang selama ini wajah saya mirip pemain
bola kini seperti pecandu narkoba.
Alhamdulillah sayapun bisa pulang lalu segera makan nasi padang untuk mengembalikan stamina setelah 6 jam mengikuti ritual perpanjang SIM 5 tahun sekali. Demi mendapat SIM ini, saya rela membatalkan proyek sebesar 1,5 M.
Jadi rincian biaya untuk mengikuti ritual ini sebagai berikut:
- Surat sehat – Rp. 50.000
- SIM A – Rp. 150.000
- SIM C – Rp. 125.000
- Laminating 2 SIM – Rp. 20.000 (tidak wajib)
- Parkir motor 6 jam – Rp. 9.000
- Cemilan dan Minuman – Rp. 16.000
- Nasi Padang – Rp. 20.000
- Total : Rp. 390.000
Akhir kata saya ucapkan: Hidup Persib!
Komentar
Posting Komentar